Minggu, 15 Maret 2015

Di Balik Gunung Berbatuan Kapur, Allah SWT Masih Memberikan Rizqi yang Melimpah

Dibalik gunung berbatuan kapur yang menghampar luas, daerah Gunungkidul, Yogyakarta ternyata memiliki banyak potensi alam yang cukup menarik untuk dijadikan sebagai obyek wisata andalan. Disamping sejumlah pantai yang cukup mempesona, sejak beberapa tahun terakhir ini daerah itu berhasil membuka obyek wisata baru, yaitu Goa Pindul dan Sungai Oyo yang kini cukup ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun manca.
Goa Pindul terletak di Desa Bejiharjo. Tidak terlalu sulit untuk bisa sampai di daerah itu karena semua jalan sudah kelihatan bagus, bahkan dari Kota Wonosari yang merupakan ibu kota Gunungkidul rombongan siap diantar oleh seorang pemandu tanpa dipungut biaya sepeserpun alias gratis-tis.
Setelah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, tak lama kemudian rombongan kami dipanggil untuk menuju ke sebuah tempat khusus untuk menggunakan alat pelampung yang merupakan aktifitas perpaduan antara body rafting dan caving yang kemudian dikenal dengan sebutan “Cave Tubing”, begitu kata Rio dari Perumahan Bangun Tapan Bantul. Kemudian satu persatu rombongan dipersilahkan menuju pintu utama Goa Pindul yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan membawa ban karet.
Membludaknya jumlah pengunjung nampaknya tidak menjadikan persoalan waktu itu, justru semakin asyiiek siek sehingga tidak sedikit yang memanfaatkan kesempatan baik itu untuk kegiatan sotrek-menyotrek alias foto-foto dengan latar belakang tulisan di sekitar lokasi pintu masuk Goa Pindul.
Dari hasil pengamatan penulis, pengelolaan obyek wisata Goa Pindul sudah lebih professional. Itu nampak adanya kerjasama yang baik diantara semua pihak. Senyum dan sapa masyarakat Gunungkidul menggambarkan keceriaan tersendiri lantaran ikut kecipratan rizqi dengan dibukanya obyek wisata Goa Pindul dan Sungai Oyo itu. Seperti ratusan pemandu, persewaan mobil bak terbuka, penginapan, kios makanan souvenir dan usaha lainnya.
Subhanalloh, dibalik daerah yang dikenal tandus lantaran tanahnya yang merupakan lapisan kapur berwarna putih tulang, Allah, SWT masih memberikan rizki bagi masyarakat Gunungkidul dari sisi lain yang melimpah ruah.
Anugrah Noviana Dwiningtyas dari Surabaya yang sudah pernah ke tempat ini nampaknya belum bosan unuk berkunjung kembali, bahkan dilain kesempatan Ana demikian panggilan akrabnya ingin mengajak teman sekantornya wisata ke Goa Pindul dan Sungai Oyo untuk menelusuri tebing berbatuan indah. Sementara Rio dari Bangun Tapan Bantul dan Essa dari Purwokero lebih memilih ngobrol sambil ngopi di kios tak jauh dari pintu masuk goa lantaran sudah pingkopang-kaping wisata di tempat ini, katanya.
Indra yang jauh dari Medan, tak mau ketinggalan, ia sengaja datang dengan mengajak sang Ibu dan adiknya Ana yang masih kuliah di UGM untuk ikut mencicipi asyiknya petualangan di Goa Pindul dan Sungai Oyo yang cukup sensasi itu. Wah kapan-kapan main lagi ke Gunungkidul ucap ibu Asih yang dari Kecepit, Punggelan itu.
Mulai dari pintu masuk Goa, rombongan kami dipandu oleh dua orang pemandu. Tenang saja mbak kita semua sudah pakai ban karet bekas roda mobil dan menggunakan pakaian caving, ujar pemandu itu dengan ramah.
Subhanalloh, di dalam goa para pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak itu disapa dengan pemandangan menakjubkan dalam bentuk ornamen-ornamen sempurna yang jarang di jumpai di alam terbuka. Ornamen berbatuan itu adalah stalaktit dan stalakmit yang proses pembentukannya membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun lamanya dalam setiap satu milimeternya, ujar pemandu tadi.
Ratusan kelelawar yang bergelantungan di dinding goa menambah kenikmatan tersendiri, apalagi ketika sudah hampir berada di pintu keluar para pengunjung bisa berfoto ketika melakukan uji nyali terjun. Kalau menurut bahasa mentereng kami sih “Jlug-jlugan” gituu dari dinding goa ke air sungai yang mengalir jernih di dalam goa itu. Waah benar-benar sensasi, ujar Yoeni Ambarwati dari Banjarnegara.
Selesai melakukan kegiatan cave tubing, gitu kalau nggak salah lagi namanya, kalau menurut bahasa kami sih "praon" pakai ban karet he he he. Trus kita diajak naik mobil bak terbuka menuju sungai Oyo untuk kegiatan Rafting disitu. Waah kami jadi ingat Sungai Serayu di daerah kami Banjarnegara yang sudah mendunia dengan kegiatan Rafting yang penuh dengan tantangan lhoh.
Bagi yang seneng dengan uji nyali, jalan di hamparan batu berbukit sih gak ada persoalan apa-apa, tapi bagi yang gak pernah lepas dari srandal atau spatu alias “Nyekeeer” gitu he he he, peristiwa itu menjadikan kenangan tersendiri apalagi ketika rombongan harus menyeberangi sungai. Rombongan kamipun nyekikiik sambil merasakan sedikit takut.
Umumnya Rafting di daerah kami Banjarnegara dengan Sungai Serayu yang nan elok, kalau di Sungai Oyo aliran sungainya tidak seekstrim aliran sungai yang kami sebut di atas. Pada pertengahan Maret ini tepatnya tanggal 15 Pebruari 2015, wah... jebul gajiannya masih lama ya, riak gelombang aliran sungai Oyo waktu itu tidak terlalu dahsat. Hanya pada awalnya saja yang meski kita harus ekstra hati-hati lantaran riak air dan batu yang dijadikan sebagai tantangan.
Selama di perjalanan sepanjang lebih kurang 1.500 meter menyurusi sungai Oyo, kami mendapat suguhan menarik berupa dinding sungai oyo yang bener-bener sangat indah, tetapi bukan indah tetangga saya lho, waah pokoknya top markotop lah. Sebuah air terjun kecil di pinggir sungai itu dijadikan sarana bagi para pengunjung yang menyukai tantangan untuk kegiatan sotrek-menyotrek. Sebuah papan yang terbuat dari beton bertulang yang terletak dibibir sungai dijadikan sebagai tempat pijakan para pengunjung untuk melakukan atraksi loncat indah dari ketinggian sekitar 10 – 20 meter, lha wong namanya saja kira-kira alias kurang lebih, yang pastinya saya tidak sempat ngukur jhee... karena terlalu asyik rafting.
Seorang bule nggak tahu dari mana asalnya ikut mencoba melakukan atraksi loncat indah. Woow... wuush.... byuuur... lalu ketawa dengan wajah kegirangan meski sebelumnya agak manggang-manggong alias takut truss ajrih lagi untuk melakukannya. Sementara Indra yang datang dari Medan memilih nggak ikut-ikutan laaah, wong sudah terbiasa jlug-jlugan di kalen depan rumahnya dengan ketinggian sekitar setengah meter waktu masih di SD, he he he.
Yak, itulah Goa Pindul dan Sungai Oyo di Gunungkidul. Daerah yang dikenal tandus lantaran batu kapur yang menghampar luas, akan tetapi Allah. SWT maha murah dan adil tetap memberikan rizki dari arah mana saja. Bersyukurlah kita semua, karena kalau nggak mau bersyukur yaaa... kebangeten banget lah. (s.bag)

Foto Detail: Klik Disini