Dibalik gunung berbatuan kapur yang menghampar luas, daerah Gunungkidul, Yogyakarta ternyata memiliki banyak potensi alam yang cukup menarik untuk dijadikan sebagai obyek wisata andalan. Disamping
sejumlah pantai yang cukup mempesona, sejak beberapa tahun terakhir ini daerah itu berhasil membuka obyek wisata baru, yaitu Goa Pindul dan Sungai
Oyo yang kini cukup ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun manca.
Goa Pindul terletak di Desa Bejiharjo. Tidak terlalu sulit untuk bisa sampai di daerah itu karena semua
jalan sudah kelihatan bagus, bahkan dari Kota Wonosari yang merupakan ibu kota
Gunungkidul rombongan siap diantar oleh seorang pemandu tanpa dipungut biaya sepeserpun alias gratis-tis.
Setelah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, tak lama kemudian rombongan kami dipanggil untuk menuju ke sebuah tempat khusus untuk menggunakan alat pelampung yang merupakan aktifitas
perpaduan antara body rafting dan caving yang kemudian dikenal dengan sebutan
“Cave Tubing”, begitu kata Rio dari Perumahan Bangun Tapan Bantul. Kemudian satu persatu rombongan dipersilahkan menuju pintu utama Goa
Pindul yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan membawa ban karet.
Membludaknya jumlah pengunjung nampaknya
tidak menjadikan persoalan waktu itu, justru semakin asyiiek siek sehingga tidak sedikit yang
memanfaatkan kesempatan baik itu untuk kegiatan sotrek-menyotrek alias foto-foto dengan latar
belakang tulisan di sekitar lokasi pintu masuk Goa Pindul.
Subhanalloh, dibalik daerah yang dikenal
tandus lantaran tanahnya yang merupakan lapisan kapur berwarna putih tulang,
Allah, SWT masih memberikan rizki bagi masyarakat Gunungkidul dari sisi lain yang melimpah ruah.
Anugrah Noviana Dwiningtyas dari Surabaya
yang sudah pernah ke tempat ini nampaknya belum bosan unuk berkunjung kembali, bahkan dilain kesempatan Ana demikian panggilan akrabnya ingin mengajak
teman sekantornya wisata ke Goa Pindul dan Sungai Oyo untuk menelusuri
tebing berbatuan indah. Sementara Rio dari Bangun Tapan Bantul dan Essa dari Purwokero lebih memilih ngobrol sambil ngopi di kios tak jauh dari pintu masuk goa lantaran sudah pingkopang-kaping wisata di tempat ini, katanya.
Indra yang jauh dari Medan, tak mau
ketinggalan, ia sengaja datang dengan mengajak sang Ibu dan adiknya Ana yang masih kuliah di UGM untuk ikut mencicipi
asyiknya petualangan di Goa Pindul dan Sungai Oyo yang cukup sensasi itu. Wah kapan-kapan main lagi ke Gunungkidul ucap ibu Asih yang dari Kecepit, Punggelan itu.
Mulai dari pintu masuk Goa, rombongan kami dipandu oleh
dua orang pemandu. Tenang saja mbak kita semua sudah pakai ban karet bekas roda mobil dan menggunakan
pakaian caving, ujar pemandu itu dengan ramah.
Subhanalloh, di dalam goa para pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak itu disapa dengan
pemandangan menakjubkan dalam bentuk ornamen-ornamen sempurna yang jarang
di jumpai di alam terbuka. Ornamen berbatuan itu adalah stalaktit dan
stalakmit yang proses pembentukannya membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun lamanya dalam setiap satu milimeternya, ujar pemandu tadi.
Ratusan kelelawar yang bergelantungan di dinding
goa menambah kenikmatan tersendiri, apalagi ketika sudah hampir berada di pintu keluar para pengunjung bisa berfoto ketika melakukan uji nyali
terjun. Kalau menurut bahasa mentereng kami sih “Jlug-jlugan” gituu dari
dinding goa ke air sungai yang mengalir jernih di dalam goa itu. Waah benar-benar sensasi,
ujar Yoeni Ambarwati dari Banjarnegara.
Selesai melakukan kegiatan cave tubing, gitu
kalau nggak salah lagi namanya, kalau menurut bahasa kami sih "praon" pakai ban karet he he he.
Trus kita diajak naik mobil bak terbuka menuju sungai Oyo untuk kegiatan Rafting
disitu. Waah kami jadi ingat Sungai Serayu di daerah kami Banjarnegara yang sudah mendunia
dengan kegiatan Rafting yang penuh dengan tantangan lhoh.
Bagi yang seneng dengan uji nyali, jalan di
hamparan batu berbukit sih gak ada persoalan apa-apa, tapi bagi yang gak pernah lepas
dari srandal atau spatu alias “Nyekeeer” gitu he he he, peristiwa itu
menjadikan kenangan tersendiri apalagi ketika rombongan harus menyeberangi sungai. Rombongan kamipun nyekikiik sambil merasakan sedikit takut.
Umumnya Rafting di daerah kami Banjarnegara dengan Sungai Serayu yang nan elok, kalau di Sungai Oyo aliran
sungainya tidak seekstrim aliran sungai yang kami sebut di atas. Pada
pertengahan Maret ini tepatnya tanggal 15 Pebruari 2015, wah... jebul gajiannya masih lama ya, riak gelombang aliran sungai Oyo waktu itu tidak terlalu dahsat.
Hanya pada awalnya saja yang meski kita harus ekstra hati-hati lantaran riak air dan batu yang dijadikan sebagai tantangan.
Selama di perjalanan sepanjang lebih kurang
1.500 meter menyurusi sungai Oyo, kami mendapat suguhan menarik berupa dinding
sungai oyo yang bener-bener sangat indah, tetapi bukan indah tetangga saya lho, waah pokoknya top markotop lah. Sebuah air terjun kecil di pinggir sungai itu dijadikan sarana bagi para pengunjung yang menyukai tantangan untuk kegiatan sotrek-menyotrek. Sebuah papan yang terbuat dari beton bertulang yang terletak dibibir sungai dijadikan sebagai tempat pijakan para pengunjung untuk melakukan atraksi loncat indah dari ketinggian
sekitar 10 – 20 meter, lha wong namanya saja kira-kira alias kurang lebih, yang pastinya saya tidak sempat ngukur jhee... karena terlalu asyik rafting.
Seorang bule nggak tahu dari mana asalnya ikut
mencoba melakukan atraksi loncat indah. Woow... wuush.... byuuur... lalu ketawa dengan wajah kegirangan meski sebelumnya agak manggang-manggong alias takut truss ajrih lagi untuk melakukannya. Sementara
Indra yang datang dari Medan memilih nggak ikut-ikutan laaah, wong sudah terbiasa jlug-jlugan di kalen depan rumahnya dengan ketinggian sekitar setengah meter waktu masih di SD, he he he.
Yak, itulah Goa Pindul dan Sungai Oyo di Gunungkidul. Daerah yang
dikenal tandus lantaran batu kapur yang menghampar luas, akan tetapi Allah. SWT maha murah dan adil tetap memberikan rizki dari arah mana
saja. Bersyukurlah kita semua, karena kalau nggak mau bersyukur yaaa... kebangeten
banget lah. (s.bag)
Foto Detail: Klik Disini
Foto Detail: Klik Disini